[PDF][PDF] Evaluasi penerapan sistem pertanian terpadu berbasis sapi potong di delapan lokasi dengan letak geografis yang berbeda
H Julendra, A Febrisiantosa, E Damayanti… - … : Seminar Nasional & …, 2013 - academia.edu
Dalam: Seminar Nasional & Workshop Peningkatan Pemanfaatan Inovasi dalam …, 2013•academia.edu
Dilakukan evaluasi sistem pertanian terpadu berbasis peternakan yang telah diterapkan di
beberapa lokasi dengan kondisi geografis dan ketersediaan sumber daya alam yang
berbeda. Daerah dataran tinggi bersuhu sejuk (1500-2500 m dpl) diwakili oleh wilayah
Temanggung dan Wonosobo di Jawa Tengah dan Tanah Datar di Sumatera Barat. Dataran
rendah daerah pesisir, bersuhu panas kering diwakili oleh Belu di Nusa Tenggara Timur,
Kaur di Bengkulu, Bantul dan Gunungkidul di DI Yogyakarta (0-600 m dpl), sedangkan …
beberapa lokasi dengan kondisi geografis dan ketersediaan sumber daya alam yang
berbeda. Daerah dataran tinggi bersuhu sejuk (1500-2500 m dpl) diwakili oleh wilayah
Temanggung dan Wonosobo di Jawa Tengah dan Tanah Datar di Sumatera Barat. Dataran
rendah daerah pesisir, bersuhu panas kering diwakili oleh Belu di Nusa Tenggara Timur,
Kaur di Bengkulu, Bantul dan Gunungkidul di DI Yogyakarta (0-600 m dpl), sedangkan …
Abstrak
Dilakukan evaluasi sistem pertanian terpadu berbasis peternakan yang telah diterapkan di beberapa lokasi dengan kondisi geografis dan ketersediaan sumber daya alam yang berbeda. Daerah dataran tinggi bersuhu sejuk (1500-2500 m dpl) diwakili oleh wilayah Temanggung dan Wonosobo di Jawa Tengah dan Tanah Datar di Sumatera Barat. Dataran rendah daerah pesisir, bersuhu panas kering diwakili oleh Belu di Nusa Tenggara Timur, Kaur di Bengkulu, Bantul dan Gunungkidul di DI Yogyakarta (0-600 m dpl), sedangkan dataran sedang bersuhu sedang diwakili oleh Purwokerto (600-1500 m dpl). Evaluasi dilakukan terhadap keberlangsungan sistem di tempat yang berbeda secara geografis. Konsep pertanian terpadu yang diterapkan adalah budidaya sapi pedaging dan bibit, penerapan biogas dari kotoran sapi, pengolahan pupuk organik dari limbah biogas, budidaya tanaman pangan dan budidaya hijauan sebagai sumber pakan serta pengawetan pakan melalui teknik silase. Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa terjadi perbedaan produktifitas dari sistem pertanian terpadu yang diterapkan di masing–masing wilayah. Perbedaan tersebut karena ketersediaan sumber pakan, pola beternak sapi, pola penanganan biogas dan penanganan pupuk organik, sehingga memiliki keterbatasan yang berbeda dalam produktifitas budidaya sapi. Perbedaan produktifitas tersebut dengan introduksi beberapa teknologi terkait pertanian terpadu tidak mempengaruhi keberlangsungan usaha sistim pertanian terpadu. Melalui penerapan sistem pertanian terpadu berbasis sapi potong, usaha ternak dan tani dapat dilakukan secara simultan. Efisiensi usaha dapat dilakukan karena memanfaatkan limbah hasil usaha yang satu untuk digunakan sebagai input bagi usaha yang lain tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi. Penerapan sistem biogas dalam sistem pertanian terpadu dapat menurunkan tingkat polusi yang dihasilkan dari usaha peternakan (ramah lingkungan) sekaligus menghasilkan sumber energi yang dapat menunjang kegiatan usaha di sektor yang lain dalam satu lokasi.
academia.edu
以上显示的是最相近的搜索结果。 查看全部搜索结果