[PDF][PDF] Aktivitas antioksidan, total fenolik, dan total flavonoid madu Apis mellifera dari hutan akasia (Accacia crassicarpa) Riau, Indonesia dengan beberapa perlakuan …
TH Handayani, MA Budiman… - Jurnal Biologi …, 2022 - jurnalbiologi.perbiol.or.id
Jurnal Biologi Indonesia, 2022•jurnalbiologi.perbiol.or.id
Madu Indonesia memiliki kadar air yang cukup tinggi dan seringkali melebihi batas
maksimal standar kualitas madu berdasarkan regulasi nasional dan internasional. Hal ini
disebabkan oleh kelembaban udara yang cukup tinggi dan karakter higroskopis madu.
Provinsi Riau merupakan salah satu penghasil madu tertinggi di Indonesia, namun kadar
airnya cukup tinggi yaitu pada rentang 23-27%. Salah satu upaya untuk mengurangi kadar
air madu adalah dengan pemanasan, namun senyawa metabolit sekunder pada madu …
maksimal standar kualitas madu berdasarkan regulasi nasional dan internasional. Hal ini
disebabkan oleh kelembaban udara yang cukup tinggi dan karakter higroskopis madu.
Provinsi Riau merupakan salah satu penghasil madu tertinggi di Indonesia, namun kadar
airnya cukup tinggi yaitu pada rentang 23-27%. Salah satu upaya untuk mengurangi kadar
air madu adalah dengan pemanasan, namun senyawa metabolit sekunder pada madu …
Abstrak
Madu Indonesia memiliki kadar air yang cukup tinggi dan seringkali melebihi batas maksimal standar kualitas madu berdasarkan regulasi nasional dan internasional. Hal ini disebabkan oleh kelembaban udara yang cukup tinggi dan karakter higroskopis madu. Provinsi Riau merupakan salah satu penghasil madu tertinggi di Indonesia, namun kadar airnya cukup tinggi yaitu pada rentang 23-27%. Salah satu upaya untuk mengurangi kadar air madu adalah dengan pemanasan, namun senyawa metabolit sekunder pada madu berisiko mengalami kerusakan dan berdampak pada penurunan sifat fungsional madu terhadap kesehatan. Penelitian terkait pengaruh pemanasan terhadap stabilitas senyawa metabolit sekunder pada madu belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemanasan terhadap stabilitas senyawa metabolit sekunder pada madu Apis mellifera hutan akasia dari Provinsi Riau, Indonesia, diantaranya analisis kadar air, penapisan senyawa metabolit sekunder, pengukuran aktivitas antioksidan, pengukuran TPC dan pengukuran TFC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan panas 500C selama 5 hari dan perlakuan panas 1050C selama 6 jam dapat menurunkan kadar air madu tanpa mengganggu stabilitas senyawa metabolit sekunder pada madu. Hal ini ditunjukkan pada nilai IC50 madu tanpa perlakuan (21103, 74 μg/mL) yang lebih besar dari madu dengan perlakuan 500C (16503, 83 μg/mL) dan 1050C (777, 33 μg/mL). Nilai IC50 yang rendah menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi, sejalan dengan TPC dan TFC. Nilai TPC dan TFC sampel tanpa perlakuan (TPC= 0, 67 mgGAE/g; TFC= 0, 34 mgQE/g) lebih rendah dari sampel dengan pemanasan 500C (TPC= 1, 59 mgGAE/g; TFC= 0, 46 mgQE/g) dan lebih rendah dari sampel dengan pemanasan 1050C (TPC= 13, 94 mgGAE/g; TFC= 4, 37 mgQE/g)."
jurnalbiologi.perbiol.or.id
以上显示的是最相近的搜索结果。 查看全部搜索结果