Dari segi isi kandungan, buku ini merupakan hasil kajian yang penulis lakukan bersama tim Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) terkait kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) dari Pemerintah China. Kebijakan BRI memiliki nilai strategis nyata, yaitu sebagai sumber pendanaan investasi asing, terutama di bidang infrastruktur, transportasi, pembangkit listrik dan pengolahan barang tambang. Namun banyak pihak yang menganggap BRI adalah instrumen China dalam melakukan kolonialisasai gaya baru melalui penetrasi pekerja migran China dalam jumlah masif dan sebagai bentuk strategi jebakan hutang (debt trap) China. Pada bulan September 2013 China menginisiasi Silk Road Economic Belt dan dilanjutkan dengan 21st Maritime Silk Road pada bulan Oktober 2013. Baru pada tanggal 28 Maret 2015, Presiden XI Jinping menyatukan kedua kebijakan ke dalam nama Belt & Road Initiative (BRI), yang sebelumnya bernama One Belt Oner Road (OBOR). Hingga akhir tahun 2018, setidaknya ada enam proyek yang dianggap bagian dari kebijakan BRI di Indonesia, yaitu: proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, proyek smelter Nikel di Morowali, proyek pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sei Mangkei, Sumatera Utara, proyek pembangunan smelter alumina dan baja di Kalimantan Utara, proyek pembangunan KEK di Bitung, Sulawesi Utara, dan proyek pembangunan prasarana wisata di Bali.